LisensiREDAKSI

20 Tahun Kematian Munir, Aksi Kamisan Desak Pemerintah Tetapkan Pelanggaran Ham Berat

Kamis (05/08), Aksi Kamisan kembali dilakukan di Tugu Yogyakarta sekaligus  mengenang ”20 Tahun Cak Munir Dibunuh Negara”. Berbagai elemen masyarakat yang hadir dalam Aksi ini, mendesak pemerintah agar mengusut tuntas kasus Munir yang meninggal dua puluh tahun lalu dan segera mengadili tokoh intelektual yang menjadi dalang pembunuhannya.
Aksi yang rutin diselenggarakan setiap kamis ini, kata Rahman, koordinator aksi, merupakan bentuk pengawalan atas kasus-kasus pelanggaran HAM berat yang tak kunjung tuntas. Salah satunya, dalam aksi  mengenang dua puluh tahun kematian Munir yang tewas akibat diracun di pesawati. “Kita mencoba menghidupkan bersama ruh Munir ini agar tetap ada di dalam jiwa manusia dengan spirit-spirit yang sama yang harus diperjuangkan,” ujarnya. 

Selain itu, Rahman mengatakan perlunya mendesak negara untuk menangkap dan mengadili dalang kasus pembunuhan Munir sesuai hukum yang berlaku. Kehadiran peran para elit yang terlibat dalam tuntutan kerap menghalangi proses penyelesaian kasus-kasus pelanggaran HAM secara tuntas. Hal ini yang membuat semangat perlawanan melalui Aksi Kamisan perlu dirawat dan terus diperjuangkan. “Jadi tinggal bagaimana orang-orang yang di atas sana mau mendengar seperti apa. Selagi mereka tidak mendengarnya, selagi itu pula aksi kamisan tetap menyuarakan [tuntutan] itu,” tegas Rahman. 

Selain orasi, beberapa peserta aksi juga ikut menyampaikan keresahannya melalui berbagai penampilan. Orasi dari seorang yang mengenal Munir secara langsung mengingatkan jasa-jasa beliau ketika berupaya memisahkan dwifungsi ABRI. Lagu Gugur Bunga juga sempat dinyanyikan untuk mengiringi Aksi Kamisan sore ini.

Naia, salah satu peserta aksi, berharap agar Aksi Kamisan ini terus dilakukan hingga dalang intelektual pembunuhan Cak Munir ditangkap dan diadili. Ia menyampaikan bahwa negara ini sedang dalam keadaan genting. Sudah saatnya masyarakat menyuarakan segala keresahan yang ada, sekecil apapun itu. “Kalian hidup punya hak untuk bekerja, punya hak untuk lingkungan yang bersih. Itu semua sudah dijamin [pemerintah]. Tapi apa coba yang dilakukan negara terhadap kita? PHK besar besaran, gaji rakyat dipotong untuk hal-hal nggak jelas”, imbuhnya.

Rahman mengatakan bahwa Aksi Kamisan  akan terus dilakukan di setiap Kamis yang akan datang. Ia mengatakan, Aksi Kamisan membawa roh untuk mengingatkan pemerintah akan pelanggaran hak asasi manusia yang mereka lakukan.

 Aksi Kamisan dengan judul “20 Tahun Cak Munir Dibunuh Negara” ini menjadi bagian dari rangkaian acara yang diselenggarakan oleh Social Movement Institute. Bersamaan dengan hadirnya pameran “Munir Adalah Kita” di Perpustakaan Sanata Dharma dan Konvoi September Hitam yang dilakukan pada 7 September 2024. “Kami sebagai mahasiswa sebatas menyuarakan di Aksi Kamisan, lewat tulisan, dan sebagainya. Semasih mereka tidak mendengarnya, semasih itu pula Aksi Kamisan tetap menyuarakan itu.” ujar Rahman.

 

Penulis: Akmaludin Zaim, Ahmad Faiz Aqila

Penyunting: Nur Intan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.