Aksi IWD Jogja 2024 Beri Ruang bagi Seluruh Komunitas untuk Bersuara

Sumber: dokumentasi pribadi

Pada Jumat (8/3), massa berkumpul di Bundaran UGM untuk memperingati International Women’s Day (IWD) dengan tema “Mari Kak Rebut Kembali”guna merepresentasikan beragamnya isu di balik berlangsungnya aksi. Aksi tersebut melibatkan berbagai organisasi hingga berbagai lapisan masyarakat. 

Aksi IWD Jogja dimulai dengan penyampaian orasi yang dilakukan oleh berbagai komunitas dan organisasi sebagai wadah untuk menyuarakan aspirasi mereka. Salah satunya Beranda Migran, organisasi yang fokus memperjuangkan hak pekerja migran perempuan Indonesia. “Kita harus melawan dan membentuk kekuatan politik alternatif kita sendiri, yaitu bersama dengan teman-teman buruh, bersama dengan perempuan, bersama dengan mahasiswa,” ujar perwakilan Beranda Migran.

Setelah melakukan penyampaian tuntutan melalui orasi, IWD Jogja memfasilitasi massa aksi untuk melakukan penyampaian tuntutan melalui “Panggung Rakyat” yang berupa pertunjukan seni. Beberapa yang kemudian ditampilkan adalah tari atau wayang bisu dan pembacaan puisi. Diadakannya “Panggung Rakyat” dalam aksi ini dapat menjadi bukti bahwa IWD Jogja membuka kesempatan bagi seluruh peserta aksi untuk berekspresi.

IWD Jogja yang digelar tahun ini membawa lima tuntutan utama dengan 21 poin khusus. Adapun tuntutan utama tersebut sebagai berikut:

  1. Bangun ruang aman dan inklusif di segala sektor dan tingkatan
  2. Wujudkan lingkungan kerja tanpa diskriminasi dan kekerasan serta jamin upah layak dan hak-hak pekerja
  3. Solidaritas dengan setiap kelompok yang mengalami diskriminasi, stigma, represi, dan penjajahan
  4. Buka seluasnya dan fasilitas akses informasi atas hak kesehatan seksual dan reproduksi serta ragam gender di berbagai sektor dan tingkatan
  5. Hentikan perampasan ruang hidup dan perusakan lingkungan

De, humas IWD Jogja, mengatakan lima tuntutan besar tersebut merupakan hasil perumusan bersama dengan berbagai komunitas dan organisasi. Alhasil, IWD kali ini tidak hanya mengusung satu isu spesifik. Menurutnya, isu perempuan tidak tunggal dan memiliki banyak keterhubungan. Oleh karena itu, IWD Jogja berusaha mengakomodasi keberagaman komunitas perempuan, difabel, dan minoritas gender  melalui lima tuntutan besar. “Kita memang tidak mau membuat satu isu spesifik, makanya tema “Mari Kak Rebut Kembali” itu silahkan diisi sendiri,” ujar De. 

Meskipun tema IWD tahun ini merupakan momentum bagi perempuan untuk mengisi sendiri isu-isu khusus yang ingin direbut, mereka tetap bersatu untuk tujuan yang sama, yakni memperjuangkan kehidupan perempuan yang merdeka. Bagi Calya yang merupakan peserta aksi, IWD Jogja menjadi media untuk merebut segala ketidakadilan yang dirasakan oleh kaum perempuan. “Tentu hak-hak setara yang ingin kita rebut, seperti transportasi publik yang sama, hak aborsi yang aman, serta segala bentuk diskriminasi dan kekerasan, perlu kita rebut semua,” kata Calya.

Sejalan dengan Calya, Aisya selaku peserta aksi melihat urgensi pelaksanaan IWD sebagai sarana untuk berbagi pengetahuan dan berdiskusi. Menurutnya, IWD Jogja memberi keleluasaan bagi individu untuk melihat permasalahan dan isu dari berbagai sudut pandang. “Kalau ikut aksi kan jadi tahu apa yang rentan dan apa yang darurat untuk diperjuangkan,” ucapnya. Aisya juga berharap aksi IWD Jogja dapat membantu untuk mewujudkan ruang aman bagi perempuan dan difabel serta menghentikan praktik patriarki yang selama ini masih marak terjadi.

Pelaksanaan IWD Yogyakarta 2024 mendapatkan banyak apresiasi dari berbagai komunitas. Sebagai bentuk inklusivitas, aksi ini tidak hanya dihadiri oleh perempuan, tetapi seluruh kalangan individu yang menyuarakan isu mereka masing-masing. Hal ini juga didukung dengan alasan pelaksanaan IWD yang berangkat dari berbagai isu, di antaranya penindasan perempuan, perenggutan hak-hak perempuan, diskriminasi, stigma, dan represi. Tidak hanya itu, selain dipersembahkan untuk memperingati hari perempuan sedunia, aksi ini sekaligus menjadi pembuktian bahwa perempuan dapat dan berani untuk memperjuangkan hak-hak kesetaraannya sebagai seorang individu. Mari Kak Kita Rebut Kembali!

 

Penulis : Alya Rahma dan Safina Zahra Athaya Firmanie

Penyunting: Aprila Kusuma Dewi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.